Teknik Menulis Cerita Ala Hemingway
9:50 PM
Selain karena Hemingway mendapat penghargaan sastra pada
karyanya the old man and the sea, ia juga terampil dalam menulis cerpen. Teknis
penulisan cerpen Hemingway memang patut untuk dipelajari.
Dalam buku kumpulan 17 Cerita Terbaik Ernest Hemingway yang diterbitkan IndoLiterasi, 2014. Keunikan
itu dalam pola Hemingway membuka sebuah cerita dengan menggambarkan keadaan
atau tempat kejadian sebuah cerita berlangsung.
Ini menjadi bahan utama dalam cerpen Hemingway adalah
setting/latar. Tidak tanggung-tanggung, ia menceritakan secara detail tentang
apa yang ada dalam setting tersebut. Hal penting lainnya, ia tak pernah
menyebutkan sesuatu (untuk memunculkan efek penasaran pembaca), bahkan dia
menyebutkan segalanya.
Agar pembaca mendapat kejelasan tentang elemen yang akan
menjadi bahan cerita. Setiap elemen yang muncul akan dijadikan bahan cerita.
Jadi, ketika Hemingway menyebutkan sebuah gelas bir, konter bar, dan celemek.
Elemen yang disebutkan pasti memiliki unsur penceritaan.
Dengan demikian setia unsur tersebut akan mempengaruhi isi
cerita atau menjadi acuan penjelasan pada suatu hal. Hemingway tidak membiarkan
satu elemen pun tersia-siakan. Karyanya yang berjudul si pembunuh menggambarkan
suasana bar secara lengkap, bahkan Hemingway menyebutkan warna dan jenis kayu
pada konter bar. Juga, suasana dan banyak pengunjung pada bar. Jumlah tokoh
pada awal penceritaan juga menjadi penting, karena teknik yang digunakan
umumnya percakapan.
Ia membuat setiap tokoh terlibat dalam percakapan. Jumlah
menjadi hal yang sangat penting. Ketika ia menyebutkan keadaan tersebut,
keadaan tersebut lah yang akan jadi bahan cerita Hemingway. Biasanya, tak ada
penambahan tokoh atau item pada ceritanya.
Hemingway dikenal sebagai seorang realis. Sejalan jika anda
membaca buku kumpulan 17 cerpen terbaik karyanya akan sangat terasa bagaimana
keadaan yang dimunculkan dalam cerita adalah detail. Ia menulis keadaan sosial
yang dekat dengan tubuh atau kelima indera kita; seperti gunung, danau, bar,
rumah. Ia juga tidak pernah bercerita tentang sesuatu yang jarang ditemui orang
kebanyakan sehingga karya yang ia buat seolah-olah bukan karya fiksi.
Walaupun banyak mengambil konflik sosial umum yang bisa
diamali kebanyakan orang, tetap saja Hemingway memiliki keunikan pada
tulisannya. Ia mampu menunjukan konflik yang harus diselesaikan oleh tokoh yang
bersangkuitan. Keadaan menjadi bukan pilihan bagi si tokoh, karena tokoh harus
menghadapi konflik yang ada. Hal ini membuat cerita lebih menarik; keadaan yang
dimunculkan secara alami, membuat pembaca penasaran tentang bagaimana konflik
diakhiri.
Contoh, cerita si petinju menunjukan tiga tokoh yang
terlibat dalam cerita sedang berada di depan api unggun dan bersiap makan. Nick
pada awalnya melakukan percakapan yang baik dengan sang petinju. Namun saat
seorang negro memberi Nick roti isi lebih dulu daripada si petinju. Si petinju
merasa dirinya kurang dihargai, lalu kesal dan menantang Nick untuk berkelahi.
Kondisi yang dihadapi Nick pada cerita ini tidak memberikan pilihan pada nick
untuk menyelesaikannya dengan cara lain selain menghadapinya. Teknik
penceritaan ini membuat tokoh berada pada lingkungan cerita sehingga tokoh
dimungkinkan tidak lari menjauh dari latar dan kemudian cerita berlanjut. Ia
diselamatkan oleh negro yang menjadi pengikut si petinju, ia memukul kepala
bagian belakang kepala si petinju.
Tindakan ini yang kemudian menjadi resolusi dari konflik
yang dialami Nick. Hemingway tidak memberikan kekuatan super atau memunculkan
hewan liar untuk menyelesaikan konflik yang dialami oleh Nick. Ia ingin
menunjukan bahwa tokoh utama dalam cerita tidak harus selalu menjadi yang
paling utama dan memiliki kekuatan lebih. Ia menempatkan tokoh utama sebagai
pencerita/ pembawa cerita sehingga gaya penulisan realis yang menjadi khas
Hemingway sangat terasa.
Boleh dikatakan Hemingway adalah penulis yang hebat. Dengan
kesempurnaan detailnya sekaligus pengalaman mengunjungi latar yang
dituliskannya, ia mampu menyuguhkan berbagai cerita tentang keadaan sosial,
ekonomi, dan konflik umum. Dalam buku kumpulan cerpen ini Hemingway menjadikan
tokoh manusia sebagai manusia yang setiap harinya mengalami/ menghadapi
permasalahan. Dan, mereka menghadapi permasalahan dengan cara yang biasa,
seperti manusia umumnya.
Hemingway mampu menutup cerita yang membuat pembaca
penasaran dan terkadang hanya menohok bingung. Karena, ciri umum yang
dimunculkan oleh Hemingway dalam kumpulan cerpen ini kurang lebih sama. Dapat
dipastikan untuk menutup sebuah cerita ia membuat salah satu tokoh dalam cerita
meninggalkan setting, minuman habis yang tidak akan diisi ulang, atau saat
muncul kemungkinan latar kejadian cerita akan berpindah/ berubah.
Hal ini bisa ditemui hampir di seluruh 17 cerpen milik Hemingway
dalam buku ini. Pola khusus pada penutupan cerita Hemingway adalah seorang yang
meninggalkan latar dan minuman yang habis dan ini kemudian membuat pembaca
merasa punya ketergantungan pada cerita tersebut karena terkadang muncul kesan
cerita yang disampaikan belum selesai. Justru dengan kepergian seorang tokoh
atau minuman yang habis itu menjadi penanda yang jelas bahwa cerita telah usai.
Hemingway memiliki gaya penulisan yang menarik, detail dan sederhana
Penulis. Herdi Herdiansyah
(Tulisan ini pernah dimuat di http://www.katakini.com/berita-teknis-menulis-cerita-ala-hemingway.html)
0 comments