Kesalahan Dasar Berbahasa



Penutur Partisipatif
oleh: Herdi Herdiansyah


Terkadang saat mengunjungi suatu tempat, atau menuju suatu tempat, kita sering melihat berbagai tulisan. Biasanya berupa iklan, ajakan, pemberitahuan, atau bahkan hanya tulisan yang menggambarkan identitas. Dalam penyampaiannya menjadi sangat beragam, ada yang menggunakan bahasa gaul, istilah, kata mutiara, dan bahasa asing. Salah satu bahasa asing yang sering dipakai adalah Bahasa Inggris.
Namun, beberapa orang di Indonesia tidak menjadi penutur yang berkompetensi semuanya. Seorang penutur berkompeten memiliki pengetahuan dan kemampuan yang sempurna dalam melakukan tutur berbahasa asing. Pada beberapa kasus ditemukan kesalahan penulisan, pengucapan, dan susunan pembentukan kalimat Bahasa Inggris.
Saya pernah melihat sebuah tulisan pada bagian belakang truk yang bertuliskan “Pleace Bab, ijinkan aku selingkuh yaa”. Hal ini bukanlah hal yang aneh ketika bahasa yang muncul menjadi sulit dimengerti karena berbeda persepsi. Maka, dibutuhkan sebuah ciri yang membuat pengertian menjadi sesuai. Pemahaman yang seragam ini dibentuk oleh masyarakat bahasa, sehingga tidak terjadi miskomunikasi.
Kasus di atas bisa dilihat melalui pendapat Chomsky tentang pengetahuan dan pembuatan bahasa. Dimana sang penulis teks adalah orang Indonesia (karena terjadi di Indonesia), dipastikan memiliki pengetahuan yang kurang dalam Bahasa Inggris, dan memiliki kemampuan membuat kata yang rendah juga. Mungkin, awalnya penulis ingin menuliskan “Please Baby, ijinkan aku selingkuh ya”. Karena modal pembuatan bahasa yang kurang, tulisannya menjadi terlihat asing namun saat diucapkan cukup dipahami. Secara umum, memang huruf ‘a’ dibaca ‘e’, tapi itu tidak terjadi pada semua kata. Lalu penyusunan kata ‘pleace’ sangat menunjukan bahwa pengetahuannya kurang tentang kosakata Bahasa Inggris.
Penjelasan ini juga sesuai dengan pendapat Wijaya dan Muhammad yang dipahami sebagai gegar budaya. Kejadian tersebut biasa terjadi pada masyarakat pendatang atau pemula (baru belajar menguasai Bahasa Inggris). Mereka digolongkan sebagai penutur partisipatif dimana seorang penutur yang tidak atau kurang menguasai bahasa dalam berbagai tindak tutur atau komunikasi. Hal ini akan berdampak pada komunikasi si penutur.
Dalam ilmu bahasa memang tidak jadi permasalahan tentang benar atau tidak suatu tuturan. Hal yang terpenting adalah bagaimana sebuah tuturan dapat dipahami oleh target tuturan. Ketika keduanya memiliki suatu pemahaman yang sama, tidak terjadi masalah. Tapi, akan lebih baik jika suatu komunikasi melalui bahasa disampaikan secara utuh dan sesuai. Sehingga hal tersebut akan menimbulkan komunikasi bahasa yang efektif. (Herdi Herdiansyah)

Like us on Facebook